Nutrisi makro
Nutrisi makro dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nutrisi primer dan nutrisi
sekunder (Anonim, 2004c). Nutrisi primer meliputi: nitrogen (N), fosfor
(P), dan potasium (K). Nutrisi ini biasanya paling cepat habis di dalam tanah,
karena tanaman menggunakannya dalam jumlah besar untuk perkembangan
dan pertahanannya.
Nutrisi sekunder meliputi: kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).
Biasanya nutrisi ini cukup banyak di dalam tanah, namun di beberapa tempat
diperlukan tambahan kalsium dan magnesium, misalnya pada tanah yang
asam. Kalsium dan magnesium diperlukan untuk meningkatkan keasaman
tanah. Pada bab ini akan dibahas semua unsur yang termasuk di dalam nutrisi
makro, ditambah karbon (C).
Nitrogen
Nitrogen (N) merupakan salah satu dari 13 unsur utama (esensial) yang dibutuhkan
oleh tanaman. Ketigabelas unsur utama ini disebut sebagai nutrients
(makanan). Tanaman membutuhkan makanan ini untuk pertumbuhannya.
Untuk menumbuhkan segantang (1 bushel) jagung dibutuhkan lebih kurang
16 lbs nitrogen. Fungsi nitrogen ini merupakan komponen struktural dari protein,
DNA, dan enzim (Anonim, 2004a; 2004b).
Jumlah unsur yang ada pada pupuk biasanya dinyatakan dalam rasio NP-
K. Rasio ini selalu tercantum pada kantong suatu pupuk buatan. Sebagai
contoh, pada suatu kantong pupuk tertulis .15-30-15., berarti pada pupuk
tersebut mengandung 15 persen nitrogen. Nomor ini mengindikasikan persen
berat dari nitrogen, fosfor oksida, dan potasium oksida pada pupuk.
Ada beberapa fungsi nitrogen pada tanaman adalah sebagai berikut (Anonim,
2004c):
_ Nitrogen merupakan suatu bagian dari sel hidup dan bagian utama dari
semua protein, enzim dan proses metabolik yang disertakan pada sintesa
dan perpindahan energi.
_ Nitrogen merupakan bagian dari klorofil, pewarna hijau dari tanaman
yang bertanggung jawab terhadap fotosintesis.
_ Nitrogen membantu tanaman mempercepat pertumbuhannya,
meningkatkan produksi bibit dan buah serta memperbaiki kualitas
daun dan akar.
Sumber nitrogen
Nitrogen bersumber dari pupuk dan udara (tumbuhan memperolehnya dari
atmosfer). Sumber nitrogen yang digunakan pada pupuk buatan sangat
banyak, seperti amonia (NH3), diamonium fosfat ((NH4)2HPO4), amonium nitrat
(NH4NO3), amonium sulfat ((NH4)2SO4), kalsium cyanamida (CaCN2),
kalsium nitrat (Ca(NO3)2), natrium nitrat (NaNO3), dan urea (N2H4CO). Sumber utama nitrogen secara geologi adalah kelompok mineral nitrat, seperti nitratit
dan niter (saltpeter).
Nitratit (NaNO3) mempunyai struktur kristal yang mirip dengan kalsit dan
mudah larut dalam air, sehingga hanya dapat ditemukan pada daerah kering.
Nitratit mempunyai kekerasan rendah (1 . 2 skala Mohs) dan berat jenis 2,29
gr/cm3. Mineral ini banyak dijumpai di bagian utara Chile, yang juga dikenal
sebagai sumber nitrogen (Klein, 1993; 2004).
Berbeda dengan nitratit, niter (KNO3) mempunyai struktur yang sama dengan
aragonit dan memiliki kembaran heksagonal semu. Seperti halnya nitratit,
mineral ini juga sangat mudah larut dalam air. Niter lebih sedikit dijumpai di
alam dibandingkan nitratit, namun di beberapa negara merupakan sumber
dari nitrogen untuk pupuk.
Sumberdaya geologi
Distribusi nitrogen di alam dapat dibagi menjadi tiga, yaitu nitrogen dari
mantel, sedimen dan atmosfer. Kontribusi nitrogen dari mantel berkisar dari
9 . 30% (Sano, dkk., 2001). Ini terdiri atas, nitrogen yang berasal dari busur
kepulauan sebesar 6,4 x 108 mol/tahun; cekungan belakang busur (5,6 x
108 mol/tahun), dan punggungan tengah samudera (2,8 x 109 mol/tahun)
(Gambar 5.1). Jadi, total fluks volkanik nitrogen pertahun adalah sebesar
2,8 x 109 mol/tahun berdasarkan nilai yang diambil dari punggungan tengah
samudera, pusat-pusat panas dan zona penunjaman. Sehingga selama kurang
lebih 4,55 milyar tahun umur bumi, akumulasi nitrogen mencapai 1,3 x1019
mol. Nilai ini lebih kecil 10 kali jumlah nitrogen saat ini di permukaan bumi
1,8 x 1020 mol.
Siklus nitrogen
Siklus nitrogen cukup komplek, 79 persen atmosfer tersusun atas nitrogen bebas
dan paling tidak sejumlah yang sama nitrogen terikat pada litosfer . Resevervoir
yang besar ini tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman.
Pada konteks ini, mikroorganisme memegang peranan penting. Tanaman menggunakan nitrogen sebagian besar hanya sebagai ion amonium dan nitrat (Sengbusch, 2003). Pada material organik, nitrogen biasanya digunakan untuk menghasilkan grup-amino yang ditemukan pada protein atau asam nukleus. Bakteri nitrat dan nitrit merubah grup-amino kembali menjadi nitrat atau nitrit. Bakteri ini hidup di dalam tanah.
Produksi ikatan amonium dan nitrat merupakan suatu faktor pembatas pada
pertumbuhan tanaman. Litosfer mengandung nitrat dalam jumlah tak terbatas,
namun itu terjadi umumnya pada lapisan dalam sehingga tidak dapat
dicapai oleh akar tanaman. Hal ini karena ikatan nitrogen sangat mudah larut
dalam air, sehingga sebagian besar darinya hilang karena pelarutan.
GAMBAR 5.1: Sumber nitrogen dari bumi (Sano, dkk., 2001)
Fosfor
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11
unsur yang sangat melimpah di kerak bumi (Benitez-Nelson, 2000). Seperti
halnya nitrogen, fosfor merupakan unsur utama di dalam proses fotosintesis.
Fosfor biasanya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya
berdasarkan rasio N-P-K. Sebagai contoh 15-30-15, mengindikasikan bahwa
berat persen fostor dalam pupuk buatan adalah 30% fosfor oksida (P2O5).
Fosfor yang dapat dikonsumsi oleh tanaman adalah dalam bentuk fosfat,
seperti diamonium fosfat ((NH4)2HPO4) atau kalsium fosfat dihidrogen
(Ca(H2PO4)2).
Fosfat merupakan salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan
pupuk. Sekitar 90% konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan
pupuk, sedangkan sisanya dipakai oleh industri ditergen dan makanan
ternak (Suhala & Arifin, 1997).
Mineral-mineral fosfat
Fosfat adalah batuan dengan kandungan fosfor yang ekonomis. Kandungan
fosfor pada batuan dinyatakan dengan BPL (bone phosphate of lime) atau TPL
(triphosphate of lime) yang didasarkan atas kandungan P2O5.
Sebagian besar fosfat komersial yang berasal dari mineral apatit
(Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)) adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian
kecil wavelit (fosfat aluminium hidros). Sumber lainnya berasal
dari jenis slag, guano, krandalit (CaAl3(PO4)2(OH)5 .H2O), dan milisit
(Na,K)CaAl6(PO4)4(OH)9 . 3H2O).
Apatit memiliki struktur kristal heksagonal (Gambar 5.2) dan biasanya
dalam bentuk kristal panjang prismatik. Sifat fisik yang dimilikinya: warna
putih atau putih kehijauan, hijau, kilap kaca sampai lemak, berat jenis 3,15 .
3,20, dan kekerasan 5. Apatit merupakan mineral asesori dari semua jenis
batuan.beku, sedimen, dan metamorf. Ini juga ditemukan pada pegmatit
dan urat-urat hidrotermal. Selain sebagai bahan pupuk, mineral apatit yang
transparan dan berwarna bagus biasanya digunakan untuk batu permata.
GAMBAR 5.2: Apatit dengan sistem kristal heksagonal
Siklus fosfor
Siklus fosfor sangat mudah terganggu oleh kultivasi tanah yang intensif. Fosfor
masuk ke laut melalui sungai (Gambar 5.3). Pelapukan kontinen dari materi
kerak bumi, yang mengandung rata-rata 0,1% P2O4 merupakan sumber
utama dari fosfor sungai.
GAMBAR 5.3: Siklus fosfor marin
Froelich et al. (1982, dalam Benitez-Nelson, 2000) menggunakan laju penurunan
permukaan tahunan untuk menghitung masukan maksimum fosfor ke
laut, yaitu sebesar 3,3 x 1011 mol P thô€€€1. Jika aktivitas manusia (anthropogenic),
seperti perusakan hutan dan penggunaan pupuk dimasukkan, maka
jumlah fosfor yang masuk ke laut akan meningkat sebesar 3 kali lipat, yaitu
7,4 - 15,6 x 1011 mol P thô€€€1 (Froelich et al., 1982; Howarth et al., 1995 dalam
Benitez-Nelson, 2000).
Sumberdaya geologi
Reservoir fosfor berupa lapisan batuan yang mengandung fosfor dan endapan
fosfor anorganik dan organik. Fosfat biasanya tidak atau sulit terlarut dalam
air, sehingga pada kasus ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kehadiran
mikroorganisme dapat memicu percepatan degradasi fosfat (Sengbusch,
2003). Sumber fosfor organik dalah perbukitan guano.
Di dunia, cadangan fosfat berjumlah 12 milyar ton dengan cadangan dasar
sebesar 34 milyar ton (Suhala & Arifin, 1997). Cadangan fosfat yang ada di Indonesia adalah sekitar 2,5 juta ton endapan guano (0,17 - 43% P2O5) dan
diperkirakan sekitar 9,6 juta ton fosfat marin dengan kadar 20 - 40% P2O5.
5.3 Potasium
Potasium adalah salah satu dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensial,
yang lainnya adalah fosfor dan nitrogen (Skinner, 1984) dan merupakan satu
dari 17 unsur kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi
tanaman, serta sering dianggap sebagai regulator, karena bergabung dengan
60 sistem enzim yang bekerja pada tanaman (CPHA, 2003). Potasium membantu
tanaman untuk tahan terhadap pengaruh suhu dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap penyakit.
Semua tanaman membutuhkan potasium, khususnya tanaman yang kaya
karbohidrat seperti kentang. Hasil penyelidikan menunjukkan, konsumsi
potasium dalam jumlah yang tepat dapat menyebabkan pertumbuhan serat
kapas yang panjang dan kuat; meningkatkan daya tahan kulit buah, memperpanjang
dahan bunga mawar; memperkuat warna hijau dan pertumbuhan
helai rumput; dan meningkatkan ukuran dan kualitas buah, butiran, dan sayuran.
Potasium dalam tanah dan tanaman
Potasium cukup melimpah di tanah, biasanya berkisar antara 0,5 sampai 4,0%.
Dari jumlah ini, hanya sebagian kecil yang hadir dalam larutan dan siap untuk
dipergunakan oleh tanaman, umumnya kurang dari 1% dari total potasium
dalam tanah (IF, 2001). Tanah pasiran mengandung paling rendah potasium,
tanah lempung dan aluvial mempunyai kandungan potasium tertinggi. Potasium
dalam tanah sangat mudah mengalami pelepasan (leaching).
Potasium dibutuhkan paling banyak oleh tanaman, selain nitrogen. Dalam
beberapa tanaman, kebutuhannya akan potasium melampaui kebutuhan akan
nitrogen, seperti pisang dan kapas. Potasium diserap dalam bentuk ion potasium
(K+). Potasium bukan merupakan suatu komponen dari ikatan organik
pada tanaman. Unsur ini penting pada proses fisiologis, termasuk
di dalamnya fotosintesis dan pengangkutan gula, efesiensi penggunaan air,
metabolisme karbonat dan protein, aktivasi ensim, dan menjaga kualitas tanaman
(Harben & Kuflvart, 1996). Konsentrasi optimum potasium pada jaringan
tanaman adalah berkisar antara 1,5 sampai 4,5 % K pada berat kering.
Mineral-mineral potasium
Potasium adalah tujuh unsur yang paling banyak di dalam kerak bumi, dan
hanya 1-2 persen terdapat pada tanaman. Sisanya terikat pada mineralmineral
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Petani biasanya memanfaatkan
pupuk buatan potasium untuk mengoptimisasi pertumbuhan
tanaman.
Ada beberapa macam mineral yang mengandung potasium
yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok silikat,
seperti: ortoklas (KAlSi6O8), biotit (K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2),
dan muskovit (KAl2(AlSi3O10)(OH)2); dan kelompok garam,
seperti: arkanit (K2SO4), glaserit (3K2SO4 .N2SO4), kainit
(4KCl .4MgSO4 . 11H2O), karnalit (KCl . MgCl2 . 6H2O), langbeinit
(K2SO4 .2MgSO4), leonit (K2SO4 . 2MgSO4 .4H2O), niter (KNO3), polihalit
(K2SO4 .MgSO4 . 2CaSO4 . 2H2O), dan silvit (KCl). Dari semua mineral ini,
yang paling banyak dijumpai adalah silvit.
Silvit (KCl) merupakan mineral garam yang mempunyai struktur kristal
isometrik dengan kombinasi kubik atau oktahedron. Secara fisik mineral ini
berwarna transparan, putih atau merah; mempunyai belahan yang sempurna,
kekerasan 2, dan berat jenis 1,99. Umumnya mineral ini berbentuk kristalkristal
granular yang menunjukkan bentuk kubik.
Silvit mempunyai kesamaan proses pembentukan dan asosiasi dengan
garam halit (NaCl), tetapi lebih sedikit dijumpai. Mineral ini merupakan sumber
utama potasium, yang digunakan terutama untuk pupuk.
Sumberdaya geologi
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa potasium merupakan salah satu dari
tujuh unsur yang paling melimpah di kerak bumi. Kadar potasium (dalam
bentuk K2O) pada kerak benua mencapai 1,9 persen berat (Rudnick, 1995).
Namun sebagian besar dari senyawa ini terikat pada mineral-mineral silikat.
Jadi, meskipun sumberdaya geologi potasium sangat melimpah di kerak benua,
tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk tanaman.
Aspek lingkungan
Unsur potasium terdiri atas tiga isotop: 30 (93,10 %), 40 (0,0119 %), dan 41 (6,88
%). Isotop potasium 40 (40K) merupakan isotop radioaktif, yang mudah mengalami
peluruhan menjadi 40Ca melalui emisi _ (40K!40Ca) dan 40Ar melalui
penangkapan elektron (40K!40Ar) (Vidal, 1994). Peluruhan ini menyebabkan
kenaikan jumlah argon pada atmosfer yang tetap (Krauskopf & Bird, 1995).
5.4 Karbon
Karbon merupakan unsur primer dari semua kehidupan organik yang terbentuk
di bumi. Karbon juga tersebar pada material geologi, laut dan atmosfer.
Pembentukan karbon dioksida yang sangat cepat di atmosfer . yang
meningkat lebih dari 3 milyar ton per tahun (Rice, 2002). Karbon dioksida
merupakan suatu gas yang menyerap panas, sehingga menyebabkan efek
rumah kaca (greenhouse effect).
Perkembangan keilmuan, terutama ilmu tanah, menempatkan karbon sebagai
sesuatu yang atraktif, misalnya mengikat karbon. Kita dapat mengelola
pertumbuhan tanaman untuk meningkatkan kapasitasnya menangkap karbon
dioksida. Pertumbuhan tanaman dapat diatur sehingga tanah dapat menyimpan
karbon dalam jangka waktu yang panjang.
Kebutuhan tanaman dan tanah akan karbon
Penyerapan karbon pada tanah terjadi melalui produksi tanaman. Tanaman
mengubah karbon dioksida menjadi jaringan melalui fotosintesa. Setelah tanaman
mati, komponennya mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme, dan
sebagian karbon pada komponen tanaman akan dilepaskan melalui respirasi
(pernapasan) ke dalam atmosfer sebagai karbon dioksida.
Iklim berpengaruh terhadap penyerapan karbon pada tanah dalam dua
cara. Pertama adalah produksi material organik memasuki tanah. Iklim
yang panas dan basah umumnya mempunyai produktivitas tanaman yang
tinggi. Iklim yang lebih dingin membatasi produksi tanaman. Iklim yang
panas barangkali membatasi produksi, karena ketersediaan air yang terbatas,
menyebabkan air sebagai faktor pembatas. Iklim juga mempengaruhi kecepatan
dekomposisi mikrobial dari materi tanaman dan material organik
tanah.
Kehadiran material lempung pada tanah akan menstabilkan karbon organik
melalui dua proses. Pertama, karbon organik secara kimia terikat pada
permukaan lempung. Lempung yang mempunyai kapasitas adsorpsi tinggi,
seperti montmorilonit dapat menyimpan molekul organik. Kedua, tanah
yang mempunyai kandungan lempung tinggi berpotensi tinggi untuk membentuk
agregat, yang menangkap karbon organik dan secara fisik dapat melindunginya
dari degradasi mikrobial.
Siklus karbon
Terminologi .siklus karbon. mempunyai makna bermacam-macam bagi
banyak orang. Bagi pemerhati tentang perkembangan CO2 di atmosfer, karena
pembakaran/penembangan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil. Pada
kasus ini, siklus karbon memuat sumber dan masukan yang memperukarkan
karbon pada atmosfer selama rentang waktu manusia. Ini termasuk biosfer,
laut, dan tanah (Berner, 1999).
GAMBAR 5.4: Aspek permukaan siklus karbon jangka panjang (Berner, 1999).
Proses yang berpengaruh terhadap CO2 dapat dibagi menjadi dua sub siklus
(Berner, 1999). Pertama, subsiklus silikat.karbonat, yang termasuk di dalamnya
pengambilan CO2 atmosfer (diproses sebagian besar oleh fotosintesa dan
respirasi untuk membentuk CO2 tanah dan asam organik) selama pelapukan
mineral silikat kaya Ca dan Mg. Selanjutnya, pelapukan anortit (feldspar Ca)
dipercepat oleh kehadiran karbon dioksida, yang laju pelarutannya tergantung
kepada pH dan PCO2 (Berg & Banwart, 2000; Gaillardet, dkk., 1999). Suatu
reaksi umum yang representative untuk Ca adalah:
2CO2 + H2O + CaSiO3 ! Ca2+ + 2HCO3- + SiO2 (5.1)
Ca2+ dan HCO3- terlarut dibawa oleh sungai menuju samudera, dimana keduanya
terpresipitasi sebagai CaCO3 dalam sedimen, melalui reaksi berikut
ini:
Ca2+ + 2HCO3 ! CaCO3 + CO2 + H2O (5.2)
(Mg dibebaskan dari laut dengan terbentuknya dolomit (CaMg(CO2)2)
atau oleh pertukaran Ca dengan basalt, Ca akan terpresipitasi sebagai kalsit
(CaCO3).
Kedua reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi (Ebelmen, 1845;
Urey, 1952 dalam Berner, 1999):
CO2 + CaSiO3 ! CaCO3 + SiO2 (5.3)
Dengan cara ini, CO2 dibebaskan dari atmosfer dan membentuk batugamping.
Pelapukan karbonat Ca dan Mg, tidak menghasilkan CO2 dalam jumlah
yang sama ketika terbentuknya batuan, hal ini dapat dilihat pembalikan persamaan
reaksi 5.2. Untuk menggantikan CO2 yang hilang pada rekaman batuan,
pelepasan gas terjadi sebagai suatu hasil dari penghancuran termal dari
karbonat karena volkanisme, metamorfisme, atau diagenesis dalam.
Proses
ini melengkapi subsiklus silikat-karbonat dan dapat direpresentasikan secara
sederhana sebagai berikut:
CaCO3 + SiO2 ! CO2 + CaSiO3 (5.4)
yang merupakan pembalikan reaksi 5.3.
Subsiklus karbon yang lain adalah untuk material organik. Subsiklus ini
berpengaruh baik pada CO2 maupun O2. Tertimbunnya material organik
dalam sedimen mewakili kelebihan fotosintesis daripada pernapasan dan dapat
dinyatakan dengan reaksi yang biasanya diterapkan pada fotosintesa:
CO2 + H2O ! CH2O + O2 (5.5)
Reaksi ini menjelaskan bagaimana material organik tertimbun bisa menghasilkan
O2 atmosfer. Untuk melengkap subsiklus organik, O2 dikonsumsi
dan CO2 dihasilkan dari oksidasi material organik pada sedimen tua yang
tersingkap di permukaan:
CH2O + O2 ! CO2 + H2O (5.6)
Sumberdaya geologi CO2
Estimasi karbon yang tersimpan pada tanah dunia adalah sekitar 1.100 sampai
1.600 petagram (satu petagram sama dengan satu milyar ton), lebih dari dua
kali karbon pada tumbuhan (560 petagram) atau di atmosfer (750 petagram).
Sehingga, meskipun perubahan karbon tiap satuan luas pada tanah sangat kecil,
ini akan memberikan dampak pada kesetimbangan karbon secara global.
5.5 Kalsium
Tanaman juga membutuhkan kalsium untuk membuat protein (Anonim,
2004b). Kalsium merupakan bagian esensial dari struktur dinding sel tanaman,
menyediakan pengangkutan dan retensi unsur-unsur yang lain di dalam
tanaman. Kalsium juga diketahui sebagai unsur yang dapat melawan garam
alkali dan asam organik di dalam suatu tanaman.
Kalsium dalam tanah
Kalsium yang dapat diekstraksi dari tanah dapat berkisar antara 200 ppm
(pasir) sampai 1,6% (kotoran). Kemampuan pertukaran kalsium dalam tanah
sangat tergantung kepada kandungan lempung pada tanah. Semakin tinggi
kapasitas pertukaran kation (CEC, Cation Exchange Capacity), semakin tinggi
kandungan lempung dan semakin tinggi kadar kalsiumnya. Kalsium pada
larutan tanah berkisar antara 30 sampai 300 ppm. Kesetimbangan kalsium pada
tanah pasiran bisa menjadi kritis khususnya jika laju pemakaian potasium
tinggi (Cowan, 2004).
Persentase kejenuhan kation pada tanah dengan pH <7,0 100x936 =" lbs" 100x240 =" lbs" 100x400 =" lbs"
GAMBAR 5.5: Magnesit berstruktur trigonal
5.7 Belerang
Belerang adalah bahan galian non-logam yang banyak digunakan di berbagai
sektor industri, baik dalam bentuk unsur maupun dalam bentuk senyawa.
Meskipun belerang hanya sebagai bahan baku penolong, perannya sangat
penting dalam menghasilkan berbagai produk industri, seperti: industri gula,
kimia, pupuk, ban, karet, dan korek api (Suhala & Arifin, 1997). Lebih kurang 40% dari produksi belerang dunia, dipakai untuk pembuatan superfosfat dan
amonium sulfat, yang kedua-duanya merupakan pupuk yang penting.
Semua jenis pemakaian belerang mencapai 60,7 juta ton pada periode 2002
(naik dari 58,8 juta ton pada periode 2001). Keberhasilan pemasaran belerang
sangat tergantung kepada industri pupuk fosfat. Penggunaan belerang pada
sektor industri pupuk (2/3 dari total kebutuhan fosfat) sangat bergantung
kepada kebutuhan akan fosfat (Bain, 1997; 2003; Harben & Kuflvart, 1996).
Belerang pada tanaman dan dalam tanah
Belerang digunakan oleh tanaman untuk mengelola warna hijau tua pada
tanaman atau untuk membentuk protein utama (esensial). Secara ringkas,
fungsi belerang pada tanaman adalah sebagai berikut (Anonim, 2004c):
_ Bahan makanan utama untuk memproduksi protein
_ Membentuk enzim dan vitamin
_ Membantu pembentukan khlorofil
_ Memperbaiki pertumbuhan akar dan produksi bibit
_ Membantu pertumbuhan cepat tanaman dan tahan terhadap dingin
Belerang barangkali disuplai ke dalam tanah dari air hujan. Ini juga ditambahkan
dari beberapa pupuk buatan sebagai pengotor, terutama pada pupuk
level rendah. Penggunaan gipsum (CaSO4 .2H2O) juga dapat meningkatkan
kadar belerang dalam tanah.
Mineralogi belerang
Belerang secara mineralogi dapat sebagai belerang murni (native sulfur),
ataupun terikat dalam suatu senyawa, seperti mineral-mineral golongan sulfat
(gipsum, anhidrit, dan barit) dan sulfida (pirit, pirotit, dan kalkopirit).
Belerang murni (Gambar 5.6) mempunyai sistem kristal ortorombik, biasanya
dijumpai dalam bentuk massa tak teratur dan kristal tak sempurna.
Secara fisik, belerang murni memiliki berat jenis 2,05 . 2,09 gr/cm3 dan kekerasan
1,5 . 2,5 skala Mohs. Belerang merupakan konduktor panas yang jelek
(Klein, 1993; 2004). Belerang jenis ini banyak dijumpai di sekitar aktivitas gunungapi
dan biasanya terbentuk oleh kegiatan solfatara yang melewati zona
patahan atau rekahan (Suhala & Arifin, 1997) dan air permukaan (bioreduksi
ion sulfat) (Hibbard, 1993).
GAMBAR 5.6: Belerang murni dalam bentuk kristal ortorombik
Sekitar 50% produksi belerang dunia merupakan belerang murni, sisanya
berasal dari pemisahan belerang dari bijih sulfida. Belerang digunakan sebagian
besar untuk industri kimia, seperti asam sulfat (H2SO4), dan H2S. Sebagian
besar belerang murni digunakan untuk insektisida, pupuk buatan, dan
vulkanisir ban/karet (Klein, 1993; Hibbard, 2002).
Selain belerang murni, pirit (FeS2) dari kelompok sulfida, merupakan mineral
yang kaya akan belerang. Mineral ini mengandung 53,3 % belerang. Secara
fisik mineral ini mempunyai sistem kristal kubik, berwarna kuning, kilap
logam. Mineral yang mengandung belerang yang lain adalah dari kelompok
sulfat, seperti anhidrit (CaSO4) dan gipsum (CaSO4 . 2H2O, Gambar 5.7). Kedua
mineral ini terbentuk pada lingkungan arid.
GAMBAR 5.7: Kristal gipsum dengan struktur kristal monoklin
Sumberdaya geologi
Hanya terdapat 2 sumber belerang murni yang penting. Yang pertama, terutama
dieksploitasi di Jepang, yang berasal dari gunung-gunung berapi, yang
mengeluarkan gas yang mengandung belerang dan yang mengkristal dalam
jalur-jalur dekat permukaan. Sumber yang lain, yang secara kuantitatif lebih
besar, berasal dari konsentrasi sekunder CaSO4.
Sumberdaya belerang pada endapan evaporit dan volkanik dan belerang
yang berasosiasi dengan gas alam, minyak bumi, dan sulfida logam sekitar 5
milyar ton. Belerang pada gipsum dan anhidrit sangat terbatas. Sumberdaya
belerang terbesar (600 milyar ton) terdapat pada batubara, serpih minyak, material
organik yang kaya serpih. Namun belum ada teknologi yang ekonomis
untuk memisahkan belerang dari material ini (Ober, 2003).
Nutrisi makro dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nutrisi primer dan nutrisi
sekunder (Anonim, 2004c). Nutrisi primer meliputi: nitrogen (N), fosfor
(P), dan potasium (K). Nutrisi ini biasanya paling cepat habis di dalam tanah,
karena tanaman menggunakannya dalam jumlah besar untuk perkembangan
dan pertahanannya.
Nutrisi sekunder meliputi: kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).
Biasanya nutrisi ini cukup banyak di dalam tanah, namun di beberapa tempat
diperlukan tambahan kalsium dan magnesium, misalnya pada tanah yang
asam. Kalsium dan magnesium diperlukan untuk meningkatkan keasaman
tanah. Pada bab ini akan dibahas semua unsur yang termasuk di dalam nutrisi
makro, ditambah karbon (C).
Nitrogen
Nitrogen (N) merupakan salah satu dari 13 unsur utama (esensial) yang dibutuhkan
oleh tanaman. Ketigabelas unsur utama ini disebut sebagai nutrients
(makanan). Tanaman membutuhkan makanan ini untuk pertumbuhannya.
Untuk menumbuhkan segantang (1 bushel) jagung dibutuhkan lebih kurang
16 lbs nitrogen. Fungsi nitrogen ini merupakan komponen struktural dari protein,
DNA, dan enzim (Anonim, 2004a; 2004b).
Jumlah unsur yang ada pada pupuk biasanya dinyatakan dalam rasio NP-
K. Rasio ini selalu tercantum pada kantong suatu pupuk buatan. Sebagai
contoh, pada suatu kantong pupuk tertulis .15-30-15., berarti pada pupuk
tersebut mengandung 15 persen nitrogen. Nomor ini mengindikasikan persen
berat dari nitrogen, fosfor oksida, dan potasium oksida pada pupuk.
Ada beberapa fungsi nitrogen pada tanaman adalah sebagai berikut (Anonim,
2004c):
_ Nitrogen merupakan suatu bagian dari sel hidup dan bagian utama dari
semua protein, enzim dan proses metabolik yang disertakan pada sintesa
dan perpindahan energi.
_ Nitrogen merupakan bagian dari klorofil, pewarna hijau dari tanaman
yang bertanggung jawab terhadap fotosintesis.
_ Nitrogen membantu tanaman mempercepat pertumbuhannya,
meningkatkan produksi bibit dan buah serta memperbaiki kualitas
daun dan akar.
Sumber nitrogen
Nitrogen bersumber dari pupuk dan udara (tumbuhan memperolehnya dari
atmosfer). Sumber nitrogen yang digunakan pada pupuk buatan sangat
banyak, seperti amonia (NH3), diamonium fosfat ((NH4)2HPO4), amonium nitrat
(NH4NO3), amonium sulfat ((NH4)2SO4), kalsium cyanamida (CaCN2),
kalsium nitrat (Ca(NO3)2), natrium nitrat (NaNO3), dan urea (N2H4CO). Sumber utama nitrogen secara geologi adalah kelompok mineral nitrat, seperti nitratit
dan niter (saltpeter).
Nitratit (NaNO3) mempunyai struktur kristal yang mirip dengan kalsit dan
mudah larut dalam air, sehingga hanya dapat ditemukan pada daerah kering.
Nitratit mempunyai kekerasan rendah (1 . 2 skala Mohs) dan berat jenis 2,29
gr/cm3. Mineral ini banyak dijumpai di bagian utara Chile, yang juga dikenal
sebagai sumber nitrogen (Klein, 1993; 2004).
Berbeda dengan nitratit, niter (KNO3) mempunyai struktur yang sama dengan
aragonit dan memiliki kembaran heksagonal semu. Seperti halnya nitratit,
mineral ini juga sangat mudah larut dalam air. Niter lebih sedikit dijumpai di
alam dibandingkan nitratit, namun di beberapa negara merupakan sumber
dari nitrogen untuk pupuk.
Sumberdaya geologi
Distribusi nitrogen di alam dapat dibagi menjadi tiga, yaitu nitrogen dari
mantel, sedimen dan atmosfer. Kontribusi nitrogen dari mantel berkisar dari
9 . 30% (Sano, dkk., 2001). Ini terdiri atas, nitrogen yang berasal dari busur
kepulauan sebesar 6,4 x 108 mol/tahun; cekungan belakang busur (5,6 x
108 mol/tahun), dan punggungan tengah samudera (2,8 x 109 mol/tahun)
(Gambar 5.1). Jadi, total fluks volkanik nitrogen pertahun adalah sebesar
2,8 x 109 mol/tahun berdasarkan nilai yang diambil dari punggungan tengah
samudera, pusat-pusat panas dan zona penunjaman. Sehingga selama kurang
lebih 4,55 milyar tahun umur bumi, akumulasi nitrogen mencapai 1,3 x1019
mol. Nilai ini lebih kecil 10 kali jumlah nitrogen saat ini di permukaan bumi
1,8 x 1020 mol.
Siklus nitrogen
Siklus nitrogen cukup komplek, 79 persen atmosfer tersusun atas nitrogen bebas
dan paling tidak sejumlah yang sama nitrogen terikat pada litosfer . Resevervoir
yang besar ini tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman.
Pada konteks ini, mikroorganisme memegang peranan penting. Tanaman menggunakan nitrogen sebagian besar hanya sebagai ion amonium dan nitrat (Sengbusch, 2003). Pada material organik, nitrogen biasanya digunakan untuk menghasilkan grup-amino yang ditemukan pada protein atau asam nukleus. Bakteri nitrat dan nitrit merubah grup-amino kembali menjadi nitrat atau nitrit. Bakteri ini hidup di dalam tanah.
Produksi ikatan amonium dan nitrat merupakan suatu faktor pembatas pada
pertumbuhan tanaman. Litosfer mengandung nitrat dalam jumlah tak terbatas,
namun itu terjadi umumnya pada lapisan dalam sehingga tidak dapat
dicapai oleh akar tanaman. Hal ini karena ikatan nitrogen sangat mudah larut
dalam air, sehingga sebagian besar darinya hilang karena pelarutan.
GAMBAR 5.1: Sumber nitrogen dari bumi (Sano, dkk., 2001)
Fosfor
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11
unsur yang sangat melimpah di kerak bumi (Benitez-Nelson, 2000). Seperti
halnya nitrogen, fosfor merupakan unsur utama di dalam proses fotosintesis.
Fosfor biasanya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya
berdasarkan rasio N-P-K. Sebagai contoh 15-30-15, mengindikasikan bahwa
berat persen fostor dalam pupuk buatan adalah 30% fosfor oksida (P2O5).
Fosfor yang dapat dikonsumsi oleh tanaman adalah dalam bentuk fosfat,
seperti diamonium fosfat ((NH4)2HPO4) atau kalsium fosfat dihidrogen
(Ca(H2PO4)2).
Fosfat merupakan salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan
pupuk. Sekitar 90% konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan
pupuk, sedangkan sisanya dipakai oleh industri ditergen dan makanan
ternak (Suhala & Arifin, 1997).
Mineral-mineral fosfat
Fosfat adalah batuan dengan kandungan fosfor yang ekonomis. Kandungan
fosfor pada batuan dinyatakan dengan BPL (bone phosphate of lime) atau TPL
(triphosphate of lime) yang didasarkan atas kandungan P2O5.
Sebagian besar fosfat komersial yang berasal dari mineral apatit
(Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)) adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian
kecil wavelit (fosfat aluminium hidros). Sumber lainnya berasal
dari jenis slag, guano, krandalit (CaAl3(PO4)2(OH)5 .H2O), dan milisit
(Na,K)CaAl6(PO4)4(OH)9 . 3H2O).
Apatit memiliki struktur kristal heksagonal (Gambar 5.2) dan biasanya
dalam bentuk kristal panjang prismatik. Sifat fisik yang dimilikinya: warna
putih atau putih kehijauan, hijau, kilap kaca sampai lemak, berat jenis 3,15 .
3,20, dan kekerasan 5. Apatit merupakan mineral asesori dari semua jenis
batuan.beku, sedimen, dan metamorf. Ini juga ditemukan pada pegmatit
dan urat-urat hidrotermal. Selain sebagai bahan pupuk, mineral apatit yang
transparan dan berwarna bagus biasanya digunakan untuk batu permata.
GAMBAR 5.2: Apatit dengan sistem kristal heksagonal
Siklus fosfor
Siklus fosfor sangat mudah terganggu oleh kultivasi tanah yang intensif. Fosfor
masuk ke laut melalui sungai (Gambar 5.3). Pelapukan kontinen dari materi
kerak bumi, yang mengandung rata-rata 0,1% P2O4 merupakan sumber
utama dari fosfor sungai.
GAMBAR 5.3: Siklus fosfor marin
Froelich et al. (1982, dalam Benitez-Nelson, 2000) menggunakan laju penurunan
permukaan tahunan untuk menghitung masukan maksimum fosfor ke
laut, yaitu sebesar 3,3 x 1011 mol P thô€€€1. Jika aktivitas manusia (anthropogenic),
seperti perusakan hutan dan penggunaan pupuk dimasukkan, maka
jumlah fosfor yang masuk ke laut akan meningkat sebesar 3 kali lipat, yaitu
7,4 - 15,6 x 1011 mol P thô€€€1 (Froelich et al., 1982; Howarth et al., 1995 dalam
Benitez-Nelson, 2000).
Sumberdaya geologi
Reservoir fosfor berupa lapisan batuan yang mengandung fosfor dan endapan
fosfor anorganik dan organik. Fosfat biasanya tidak atau sulit terlarut dalam
air, sehingga pada kasus ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kehadiran
mikroorganisme dapat memicu percepatan degradasi fosfat (Sengbusch,
2003). Sumber fosfor organik dalah perbukitan guano.
Di dunia, cadangan fosfat berjumlah 12 milyar ton dengan cadangan dasar
sebesar 34 milyar ton (Suhala & Arifin, 1997). Cadangan fosfat yang ada di Indonesia adalah sekitar 2,5 juta ton endapan guano (0,17 - 43% P2O5) dan
diperkirakan sekitar 9,6 juta ton fosfat marin dengan kadar 20 - 40% P2O5.
5.3 Potasium
Potasium adalah salah satu dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensial,
yang lainnya adalah fosfor dan nitrogen (Skinner, 1984) dan merupakan satu
dari 17 unsur kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi
tanaman, serta sering dianggap sebagai regulator, karena bergabung dengan
60 sistem enzim yang bekerja pada tanaman (CPHA, 2003). Potasium membantu
tanaman untuk tahan terhadap pengaruh suhu dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap penyakit.
Semua tanaman membutuhkan potasium, khususnya tanaman yang kaya
karbohidrat seperti kentang. Hasil penyelidikan menunjukkan, konsumsi
potasium dalam jumlah yang tepat dapat menyebabkan pertumbuhan serat
kapas yang panjang dan kuat; meningkatkan daya tahan kulit buah, memperpanjang
dahan bunga mawar; memperkuat warna hijau dan pertumbuhan
helai rumput; dan meningkatkan ukuran dan kualitas buah, butiran, dan sayuran.
Potasium dalam tanah dan tanaman
Potasium cukup melimpah di tanah, biasanya berkisar antara 0,5 sampai 4,0%.
Dari jumlah ini, hanya sebagian kecil yang hadir dalam larutan dan siap untuk
dipergunakan oleh tanaman, umumnya kurang dari 1% dari total potasium
dalam tanah (IF, 2001). Tanah pasiran mengandung paling rendah potasium,
tanah lempung dan aluvial mempunyai kandungan potasium tertinggi. Potasium
dalam tanah sangat mudah mengalami pelepasan (leaching).
Potasium dibutuhkan paling banyak oleh tanaman, selain nitrogen. Dalam
beberapa tanaman, kebutuhannya akan potasium melampaui kebutuhan akan
nitrogen, seperti pisang dan kapas. Potasium diserap dalam bentuk ion potasium
(K+). Potasium bukan merupakan suatu komponen dari ikatan organik
pada tanaman. Unsur ini penting pada proses fisiologis, termasuk
di dalamnya fotosintesis dan pengangkutan gula, efesiensi penggunaan air,
metabolisme karbonat dan protein, aktivasi ensim, dan menjaga kualitas tanaman
(Harben & Kuflvart, 1996). Konsentrasi optimum potasium pada jaringan
tanaman adalah berkisar antara 1,5 sampai 4,5 % K pada berat kering.
Mineral-mineral potasium
Potasium adalah tujuh unsur yang paling banyak di dalam kerak bumi, dan
hanya 1-2 persen terdapat pada tanaman. Sisanya terikat pada mineralmineral
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Petani biasanya memanfaatkan
pupuk buatan potasium untuk mengoptimisasi pertumbuhan
tanaman.
Ada beberapa macam mineral yang mengandung potasium
yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok silikat,
seperti: ortoklas (KAlSi6O8), biotit (K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2),
dan muskovit (KAl2(AlSi3O10)(OH)2); dan kelompok garam,
seperti: arkanit (K2SO4), glaserit (3K2SO4 .N2SO4), kainit
(4KCl .4MgSO4 . 11H2O), karnalit (KCl . MgCl2 . 6H2O), langbeinit
(K2SO4 .2MgSO4), leonit (K2SO4 . 2MgSO4 .4H2O), niter (KNO3), polihalit
(K2SO4 .MgSO4 . 2CaSO4 . 2H2O), dan silvit (KCl). Dari semua mineral ini,
yang paling banyak dijumpai adalah silvit.
Silvit (KCl) merupakan mineral garam yang mempunyai struktur kristal
isometrik dengan kombinasi kubik atau oktahedron. Secara fisik mineral ini
berwarna transparan, putih atau merah; mempunyai belahan yang sempurna,
kekerasan 2, dan berat jenis 1,99. Umumnya mineral ini berbentuk kristalkristal
granular yang menunjukkan bentuk kubik.
Silvit mempunyai kesamaan proses pembentukan dan asosiasi dengan
garam halit (NaCl), tetapi lebih sedikit dijumpai. Mineral ini merupakan sumber
utama potasium, yang digunakan terutama untuk pupuk.
Sumberdaya geologi
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa potasium merupakan salah satu dari
tujuh unsur yang paling melimpah di kerak bumi. Kadar potasium (dalam
bentuk K2O) pada kerak benua mencapai 1,9 persen berat (Rudnick, 1995).
Namun sebagian besar dari senyawa ini terikat pada mineral-mineral silikat.
Jadi, meskipun sumberdaya geologi potasium sangat melimpah di kerak benua,
tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk tanaman.
Aspek lingkungan
Unsur potasium terdiri atas tiga isotop: 30 (93,10 %), 40 (0,0119 %), dan 41 (6,88
%). Isotop potasium 40 (40K) merupakan isotop radioaktif, yang mudah mengalami
peluruhan menjadi 40Ca melalui emisi _ (40K!40Ca) dan 40Ar melalui
penangkapan elektron (40K!40Ar) (Vidal, 1994). Peluruhan ini menyebabkan
kenaikan jumlah argon pada atmosfer yang tetap (Krauskopf & Bird, 1995).
5.4 Karbon
Karbon merupakan unsur primer dari semua kehidupan organik yang terbentuk
di bumi. Karbon juga tersebar pada material geologi, laut dan atmosfer.
Pembentukan karbon dioksida yang sangat cepat di atmosfer . yang
meningkat lebih dari 3 milyar ton per tahun (Rice, 2002). Karbon dioksida
merupakan suatu gas yang menyerap panas, sehingga menyebabkan efek
rumah kaca (greenhouse effect).
Perkembangan keilmuan, terutama ilmu tanah, menempatkan karbon sebagai
sesuatu yang atraktif, misalnya mengikat karbon. Kita dapat mengelola
pertumbuhan tanaman untuk meningkatkan kapasitasnya menangkap karbon
dioksida. Pertumbuhan tanaman dapat diatur sehingga tanah dapat menyimpan
karbon dalam jangka waktu yang panjang.
Kebutuhan tanaman dan tanah akan karbon
Penyerapan karbon pada tanah terjadi melalui produksi tanaman. Tanaman
mengubah karbon dioksida menjadi jaringan melalui fotosintesa. Setelah tanaman
mati, komponennya mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme, dan
sebagian karbon pada komponen tanaman akan dilepaskan melalui respirasi
(pernapasan) ke dalam atmosfer sebagai karbon dioksida.
Iklim berpengaruh terhadap penyerapan karbon pada tanah dalam dua
cara. Pertama adalah produksi material organik memasuki tanah. Iklim
yang panas dan basah umumnya mempunyai produktivitas tanaman yang
tinggi. Iklim yang lebih dingin membatasi produksi tanaman. Iklim yang
panas barangkali membatasi produksi, karena ketersediaan air yang terbatas,
menyebabkan air sebagai faktor pembatas. Iklim juga mempengaruhi kecepatan
dekomposisi mikrobial dari materi tanaman dan material organik
tanah.
Kehadiran material lempung pada tanah akan menstabilkan karbon organik
melalui dua proses. Pertama, karbon organik secara kimia terikat pada
permukaan lempung. Lempung yang mempunyai kapasitas adsorpsi tinggi,
seperti montmorilonit dapat menyimpan molekul organik. Kedua, tanah
yang mempunyai kandungan lempung tinggi berpotensi tinggi untuk membentuk
agregat, yang menangkap karbon organik dan secara fisik dapat melindunginya
dari degradasi mikrobial.
Siklus karbon
Terminologi .siklus karbon. mempunyai makna bermacam-macam bagi
banyak orang. Bagi pemerhati tentang perkembangan CO2 di atmosfer, karena
pembakaran/penembangan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil. Pada
kasus ini, siklus karbon memuat sumber dan masukan yang memperukarkan
karbon pada atmosfer selama rentang waktu manusia. Ini termasuk biosfer,
laut, dan tanah (Berner, 1999).
GAMBAR 5.4: Aspek permukaan siklus karbon jangka panjang (Berner, 1999).
Proses yang berpengaruh terhadap CO2 dapat dibagi menjadi dua sub siklus
(Berner, 1999). Pertama, subsiklus silikat.karbonat, yang termasuk di dalamnya
pengambilan CO2 atmosfer (diproses sebagian besar oleh fotosintesa dan
respirasi untuk membentuk CO2 tanah dan asam organik) selama pelapukan
mineral silikat kaya Ca dan Mg. Selanjutnya, pelapukan anortit (feldspar Ca)
dipercepat oleh kehadiran karbon dioksida, yang laju pelarutannya tergantung
kepada pH dan PCO2 (Berg & Banwart, 2000; Gaillardet, dkk., 1999). Suatu
reaksi umum yang representative untuk Ca adalah:
2CO2 + H2O + CaSiO3 ! Ca2+ + 2HCO3- + SiO2 (5.1)
Ca2+ dan HCO3- terlarut dibawa oleh sungai menuju samudera, dimana keduanya
terpresipitasi sebagai CaCO3 dalam sedimen, melalui reaksi berikut
ini:
Ca2+ + 2HCO3 ! CaCO3 + CO2 + H2O (5.2)
(Mg dibebaskan dari laut dengan terbentuknya dolomit (CaMg(CO2)2)
atau oleh pertukaran Ca dengan basalt, Ca akan terpresipitasi sebagai kalsit
(CaCO3).
Kedua reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi (Ebelmen, 1845;
Urey, 1952 dalam Berner, 1999):
CO2 + CaSiO3 ! CaCO3 + SiO2 (5.3)
Dengan cara ini, CO2 dibebaskan dari atmosfer dan membentuk batugamping.
Pelapukan karbonat Ca dan Mg, tidak menghasilkan CO2 dalam jumlah
yang sama ketika terbentuknya batuan, hal ini dapat dilihat pembalikan persamaan
reaksi 5.2. Untuk menggantikan CO2 yang hilang pada rekaman batuan,
pelepasan gas terjadi sebagai suatu hasil dari penghancuran termal dari
karbonat karena volkanisme, metamorfisme, atau diagenesis dalam.
Proses
ini melengkapi subsiklus silikat-karbonat dan dapat direpresentasikan secara
sederhana sebagai berikut:
CaCO3 + SiO2 ! CO2 + CaSiO3 (5.4)
yang merupakan pembalikan reaksi 5.3.
Subsiklus karbon yang lain adalah untuk material organik. Subsiklus ini
berpengaruh baik pada CO2 maupun O2. Tertimbunnya material organik
dalam sedimen mewakili kelebihan fotosintesis daripada pernapasan dan dapat
dinyatakan dengan reaksi yang biasanya diterapkan pada fotosintesa:
CO2 + H2O ! CH2O + O2 (5.5)
Reaksi ini menjelaskan bagaimana material organik tertimbun bisa menghasilkan
O2 atmosfer. Untuk melengkap subsiklus organik, O2 dikonsumsi
dan CO2 dihasilkan dari oksidasi material organik pada sedimen tua yang
tersingkap di permukaan:
CH2O + O2 ! CO2 + H2O (5.6)
Sumberdaya geologi CO2
Estimasi karbon yang tersimpan pada tanah dunia adalah sekitar 1.100 sampai
1.600 petagram (satu petagram sama dengan satu milyar ton), lebih dari dua
kali karbon pada tumbuhan (560 petagram) atau di atmosfer (750 petagram).
Sehingga, meskipun perubahan karbon tiap satuan luas pada tanah sangat kecil,
ini akan memberikan dampak pada kesetimbangan karbon secara global.
5.5 Kalsium
Tanaman juga membutuhkan kalsium untuk membuat protein (Anonim,
2004b). Kalsium merupakan bagian esensial dari struktur dinding sel tanaman,
menyediakan pengangkutan dan retensi unsur-unsur yang lain di dalam
tanaman. Kalsium juga diketahui sebagai unsur yang dapat melawan garam
alkali dan asam organik di dalam suatu tanaman.
Kalsium dalam tanah
Kalsium yang dapat diekstraksi dari tanah dapat berkisar antara 200 ppm
(pasir) sampai 1,6% (kotoran). Kemampuan pertukaran kalsium dalam tanah
sangat tergantung kepada kandungan lempung pada tanah. Semakin tinggi
kapasitas pertukaran kation (CEC, Cation Exchange Capacity), semakin tinggi
kandungan lempung dan semakin tinggi kadar kalsiumnya. Kalsium pada
larutan tanah berkisar antara 30 sampai 300 ppm. Kesetimbangan kalsium pada
tanah pasiran bisa menjadi kritis khususnya jika laju pemakaian potasium
tinggi (Cowan, 2004).
Persentase kejenuhan kation pada tanah dengan pH <7,0 100x936 =" lbs" 100x240 =" lbs" 100x400 =" lbs"
GAMBAR 5.5: Magnesit berstruktur trigonal
5.7 Belerang
Belerang adalah bahan galian non-logam yang banyak digunakan di berbagai
sektor industri, baik dalam bentuk unsur maupun dalam bentuk senyawa.
Meskipun belerang hanya sebagai bahan baku penolong, perannya sangat
penting dalam menghasilkan berbagai produk industri, seperti: industri gula,
kimia, pupuk, ban, karet, dan korek api (Suhala & Arifin, 1997). Lebih kurang 40% dari produksi belerang dunia, dipakai untuk pembuatan superfosfat dan
amonium sulfat, yang kedua-duanya merupakan pupuk yang penting.
Semua jenis pemakaian belerang mencapai 60,7 juta ton pada periode 2002
(naik dari 58,8 juta ton pada periode 2001). Keberhasilan pemasaran belerang
sangat tergantung kepada industri pupuk fosfat. Penggunaan belerang pada
sektor industri pupuk (2/3 dari total kebutuhan fosfat) sangat bergantung
kepada kebutuhan akan fosfat (Bain, 1997; 2003; Harben & Kuflvart, 1996).
Belerang pada tanaman dan dalam tanah
Belerang digunakan oleh tanaman untuk mengelola warna hijau tua pada
tanaman atau untuk membentuk protein utama (esensial). Secara ringkas,
fungsi belerang pada tanaman adalah sebagai berikut (Anonim, 2004c):
_ Bahan makanan utama untuk memproduksi protein
_ Membentuk enzim dan vitamin
_ Membantu pembentukan khlorofil
_ Memperbaiki pertumbuhan akar dan produksi bibit
_ Membantu pertumbuhan cepat tanaman dan tahan terhadap dingin
Belerang barangkali disuplai ke dalam tanah dari air hujan. Ini juga ditambahkan
dari beberapa pupuk buatan sebagai pengotor, terutama pada pupuk
level rendah. Penggunaan gipsum (CaSO4 .2H2O) juga dapat meningkatkan
kadar belerang dalam tanah.
Mineralogi belerang
Belerang secara mineralogi dapat sebagai belerang murni (native sulfur),
ataupun terikat dalam suatu senyawa, seperti mineral-mineral golongan sulfat
(gipsum, anhidrit, dan barit) dan sulfida (pirit, pirotit, dan kalkopirit).
Belerang murni (Gambar 5.6) mempunyai sistem kristal ortorombik, biasanya
dijumpai dalam bentuk massa tak teratur dan kristal tak sempurna.
Secara fisik, belerang murni memiliki berat jenis 2,05 . 2,09 gr/cm3 dan kekerasan
1,5 . 2,5 skala Mohs. Belerang merupakan konduktor panas yang jelek
(Klein, 1993; 2004). Belerang jenis ini banyak dijumpai di sekitar aktivitas gunungapi
dan biasanya terbentuk oleh kegiatan solfatara yang melewati zona
patahan atau rekahan (Suhala & Arifin, 1997) dan air permukaan (bioreduksi
ion sulfat) (Hibbard, 1993).
GAMBAR 5.6: Belerang murni dalam bentuk kristal ortorombik
Sekitar 50% produksi belerang dunia merupakan belerang murni, sisanya
berasal dari pemisahan belerang dari bijih sulfida. Belerang digunakan sebagian
besar untuk industri kimia, seperti asam sulfat (H2SO4), dan H2S. Sebagian
besar belerang murni digunakan untuk insektisida, pupuk buatan, dan
vulkanisir ban/karet (Klein, 1993; Hibbard, 2002).
Selain belerang murni, pirit (FeS2) dari kelompok sulfida, merupakan mineral
yang kaya akan belerang. Mineral ini mengandung 53,3 % belerang. Secara
fisik mineral ini mempunyai sistem kristal kubik, berwarna kuning, kilap
logam. Mineral yang mengandung belerang yang lain adalah dari kelompok
sulfat, seperti anhidrit (CaSO4) dan gipsum (CaSO4 . 2H2O, Gambar 5.7). Kedua
mineral ini terbentuk pada lingkungan arid.
GAMBAR 5.7: Kristal gipsum dengan struktur kristal monoklin
Sumberdaya geologi
Hanya terdapat 2 sumber belerang murni yang penting. Yang pertama, terutama
dieksploitasi di Jepang, yang berasal dari gunung-gunung berapi, yang
mengeluarkan gas yang mengandung belerang dan yang mengkristal dalam
jalur-jalur dekat permukaan. Sumber yang lain, yang secara kuantitatif lebih
besar, berasal dari konsentrasi sekunder CaSO4.
Sumberdaya belerang pada endapan evaporit dan volkanik dan belerang
yang berasosiasi dengan gas alam, minyak bumi, dan sulfida logam sekitar 5
milyar ton. Belerang pada gipsum dan anhidrit sangat terbatas. Sumberdaya
belerang terbesar (600 milyar ton) terdapat pada batubara, serpih minyak, material
organik yang kaya serpih. Namun belum ada teknologi yang ekonomis
untuk memisahkan belerang dari material ini (Ober, 2003).
postingannya sangat bagus , bermanfaat
ReplyDeletethanks kak