Skip to main content

Pengolahan Data

VII. PERHITUNGAN DAN SESATANNYA

1. MENGUKUR PERCEPATAN

A. Menghitung a
• a =
Keterangan : dan

Perhitungan :

Untuk x = 30
 a = = 39.2
( a ) = ( 39.2 0.90 )
 ( 40.8 0.95 )
 ( 39.2 0.90 )

Untuk x = 35
 ( 45.75 0.95 )
 ( 44.02 0.90 )
 ( 45.75 0.95 )

Untuk x = 40
 ( 38.83 0.67 )
 ( 40.00 0.70 )
 ( 44.19 0.79 )

Untuk x = 45
 ( 49.72 0.82 )
 ( 52.02 0.87 )
 ( 50.56 0.84 )

Untuk x = 50
 ( 45.45 0.66 )
 ( 50.00 0.75 )
 ( 49.01 0.73 )
Untuk x = 55
 ( 55 0.77 )
 ( 54.18 0.75 )
 ( 56.12 0.79 )

Untuk x = 60
 ( 48.52 0.60 )
 ( 50.00 0.62 )
 ( 49.31 0.61 )

Untuk x = 70
 ( 56.45 0.63 )
 ( 50.17 0.53 )
 ( 60.60 0.69 )

B. Menghitung ( a )
• a =
Perhitungan
Untuk x = 30
• a = a =

• = 0.52

Untuk x = 35
( 45.17 0.57 )

Untuk x = 40
( 41.00 1.62 )
Untuk x = 45
( 50.7 0.81 )
Untuk x = 50
( 48.15 1.38 )
Untuk x = 55
( 55.1 0.56 )
Untuk x = 60
( 49.26 0.43 )
Untuk x = 70
( 55.74 0.03 )

C. Menghitung a percobaan
• a percobaan = a percobaan =
Perhitungan
 a percobaan =
 a percobaan




( a percobaan a percobaan ) = ( 48.1 0.08 )
2. MENGUKUR KECEPATAN

A. Menghitung V
• V =

Keterangan : dan t = 0.005s

Perhitungan :

Untuk x = 20
 V = = 105.2 . 105.2 = 0.53
( V ) = ( 105.2 0.53 )
 ( V ) = ( 86.9 0.46 )
 ( V ) = ( 66.6 0.27 )

Untuk x = 25
 ( V ) = ( 65.78 0.21 )
 ( V ) = ( 59.58 0.89 )
 ( V ) = ( 55.52 0.72 )

Untuk x = 30
 ( V ) = ( 43.4 0.3 )
 ( V ) = ( 40.00 0.93 )
 ( V ) = ( 43.3 0.3 )

Untuk x = 35
 ( V ) = ( 44.8 0.92 )
 ( V ) = ( 53.03 0.11 )
 ( V ) = ( 46.6 0.97 )


Untuk x = 40
 ( V ) = ( 38.8 0.67 )
 ( V ) = ( 38.4 0.66 )
 ( V ) = ( 42.5 0.75 )

Untuk x = 45
 ( V ) = ( 40.17 0.62 )
 ( V ) = ( 41.2 0.64 )
 ( V ) = ( 40.17 0.62 )

Untuk x = 50
 ( V ) = ( 40.9 0.57 )
 ( V ) = ( 42.01 0.59 )
 ( V ) = ( 42.01 0.59 )

Untuk x = 55
 ( V ) = ( 42.9 0.55 )
 ( V ) = ( 41.04 0.52 )
 ( V ) = ( 38.19 0.48 )

Untuk x = 60
 ( V ) = ( 37.7 0.43 )
 ( V ) = ( 40.8 0.47 )
 ( V ) = ( 37.7 0.43 )

B. Menghitung ( V V )
• V =
Perhitungan :

Untuk x = 20
 V =

( V ) = ( 86.2 0.11 )

Untuk x = 25
 ( V ) = ( 60.26 0.29 )
Untuk x = 30
 ( V ) = ( 42.2 1.13 )
Untuk x = 35
 ( V ) = ( 48.1 0.24 )
Untuk x = 40
 ( V ) = ( 39.9 0.13 )
Untuk x = 45
 ( V ) = ( 40.5 0.35 )
Untuk x = 50
 ( V ) = ( 41.64 0.36 )
Untuk x = 55
 ( V ) = ( 40.71 0.13 )
Untuk x = 60
 ( V ) = ( 38.73 0.10 )
C. Menghitung V percobaan
• Vpercobaan = percobaan =

Perhitungan :

 Vpercobaan =
 Vpercobaan =



( Vpercobaan percobaan ) = ( 48.69 0.51 )













PERHITUNGAN DAN GAMBAR GRAFIK BESERTA PERHITUNGAN KSR
VII. ANALISA
Setelah dilakukan percobaan dan mendapatkan data-data dari percobaan yang dilakukan didapat hasil-hasil perhitungan berupa percepatan dan sesatannya, rata-rata percepatan dan sesatannya,serta percepatan percobaan dan sesatannya,selain itu didapat pula kesalahan relative dari setiap percobaan yang dilakukan.Besarnya kesalahan dalam melakukan percobaan ini disebebkan oleh banyak factor.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan ini kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang didapat setelah mendapatkan data dan melakukan perhitungan data.Beberapa kesimpulan tersebut antara lain adalah didapat hubungan yang membuktikan bahwa percepatan ( a ) selalu berbanding lurus dengan gayanya
VI. PERHITUNGAN DAN SESATANNYA
Menghitung Rx

 Tabel 1Rb 500 Ohm Rx 1
☼ (57,4 (2,6



☼ (56,2 (3,8
(33,8 3,8)
☼ (57,1 (2,9
(25,3 3,0)
☼ (57,2 (2,8
(24,4 3,0)
☼ (57,6 (2,4
(20,8 2,5)
☼ (57,0 (3,0
(26,3 3,1)

 Tabel 1Rb 500 Ohm Rx 2

☼ (55,5 (4,5
(40,5 4,5)
☼ (55,4 (4,6
(41,5 4,6)
☼ (55,3 (4,7
(42,4 4,7)
☼ (55,0 (5,0
(45,4 5,03)
☼ (55,5 (4,5
(40,5 4,5)

 Tabel 1Rb 500 Ohm Rx 3

☼ (54,6 (5.4
(49,4 5,4)
☼ (54,6 (5.4
(49,4 5,4)
☼ (55,2 (4,8
(43,4 4,8)
☼ (54,8 (5,2
(47,4 5,2)
☼ (55,3 (4,7
(42,4 4,7)

• Tabel 2 Rb 400 Ohm Rx 1




=8.6

☼ (50
(10
(65,1 8,6)
☼ (50,3
(9,7
(77,1 10,1)

☼ (51,7
(8,3
(64,2 8,5)
☼ (51,4
(8,6
(66,9 8,8)
☼ (51,2
(8,8
(68,75 9,05)

• Tabel 2 Rx 2

☼ (54,3 (5,7
(41,9 5.6)
☼ (54 (6.00
(44,4 5,96)
☼ (54,5 (5,5
(40,3 5,4)
☼ (53,9 (6,1
(45,2 6,1)
☼ (53,8 (6,2
(46,09 6,17)
☼ (54,1 (5,9
(43,6 5,9)


• Tabel 2 Rx 3

☼ (52,7 (7,3
(55,4 7,3)

☼ (52,8 (7,2
(54,5 7,2)
☼ (53,1 (6,9
(51,9 6,9)
☼ (53 (7,0
(52,8 7,02)
☼ (52,9 (8,1
(61,2 8,1)
☼ (53,2 (6,8
(51,1 6,8)

Menghitung Rx rata-rata
a)
 Tabel 1Rb 500 Ohm Rx 1

=25,53 =4.52
(25,53
 Tabel 1Rb 500 Ohm Rx 2
(42,12 1,72)
 Tabel 1Rb 500 Ohm Rx 3
(45,9 3,2)

• Tabel 2 Rb 400 Ohm Rx 1
(69,34 7,63)
• Tabel 2 Rb 400 Ohm Rx 2
(42,58 2,19)
• Tabel 2 Rb 400 Ohm Rx 3
(54,48 3,72)
b)
42,35
50,19
 =14,55
(46,66

Menghitung dan untuk setiap Rx
o Untuk Rx 1

= =
=54,06 cm = 3,18
(54,06 3,18) cm

= =
= 5,94 cm = 3,21
(5,94 3.21) cm
o Untuk Rx 2
(54,72 0,25) cm
(5,28 0,71) cm


o Untuk Rx 3
(53,94 1,15) cm

Membuat GRAFIK




 Tabel 1 Rx 1

= = 82,76%
 Tabel 1 Rx 2

 Tabel 1 Rx 3

 Tabel 2 Rx 1

 Tabel 2 Rx 2

 Tabel 2 Rx 3


VII. ANALISA

Dapat terlihat dari Konstanta Kesalahan Relatif (KSR) bahwa percoban ini pun tidak benar-benar menghasilkan nilai resistansi (R) yang tepat benar. Hal ini bisa disebabkan banyak hal seperti, kurangnya ketelitian dari praktikan, kalibrasi alat yang kurang tepat, kurang teliti pada saat menghitung jarak dan kualitas alat yang kurang baik.

VIII. KESIMPULAN
• Penentuan hambatan dengan menggunakan metode Jembatan Wheatstone tidak benar-benar tepat terlihat dari nilai KSR yang dihasilkan
• Kesalahan hasil akhir dapat disebabkan oleh kalibrasi ataupun kualitas alat yang kurang baik
• Ketelitian dari praktikan juga sangat menentukan keberhasilan percoban terutama saat menghitung jarak (L)
VIII. ERHITUNGAN DAN SESATANNYA
 Menghitung Fokus Lensa dengan Metode GAUSS
1)
☺Tabel 1
☼ S = 15 cm

= 23,5 cm


= = 0.63
(32,12 cm

☼ S = 20 cm (20,00
☼ S = 25 cm (19,2
☼ S = 30 cm (13,1

☺ Tabel 2
☼ S = 10 cm (9,4
☼ S = 15 cm (7,8
☼ S = 20 cm (7,4
2) Calculate L
L = S +
☺Tabel 1
☼ S = 15 cm
L = S +
= 15 + 32,1 = 38,5 cm


=
= 0,16
(47,12
☼ S = 20 cm (40,00
☼ S = 25 cm (44,20
☼ S = 30 cm (43,10

☺Tabel 2
☼ S = 10 cm (19,40
☼ S = 15 cm (22,80
☼ S = 20 cm (27,40
3) Calculate M
M =
☺Tabel 1
☼ S = 15 cm
M =
= = 1,56


= 0,01
(1,56
☼S = 20 cm (1,00
☼S = 25 cm (0,78 0,001)
☼S = 30 cm (0,43
☺Tabel 2
☼ S = 10 cm (0,94
☼ S = 15 cm (0,52
☼ S = 20 cm (0,37
4) Calculate GAUSS focal length

f =
☺Tabel 1
☼ S =15 cm
f =
= 9,15 cm


= 0,02
(9,15 cm
☼ S = 20 cm (10,00 cm
☼ S = 25 cm (10,80 cm
☼ S = 30 cm (9,11

☺Tabel 2
☼ S = 10 cm (4,84
☼ S = 15 cm (5,13
☼ S= 20 cm (5,40

5)

☺Tabel 1

= 9,765 cm

= 0,16
(9,76

☺Tabel 2
(5,12
 Menghitung Jarak Fokus dengan Metode BESSEL

1) Calculate

☻Tabel 3
♣ L = 95 cm

= 72,10 cm

= = 0,62
(72,10
♣ L = 90 cm (67,30
♣ L = 85 cm (62,6

☻Tabel 4
♣ L = 95 cm (83,3
♣ L = 90 cm (78,30
♣ L = 85 cm (73,00
2) Calculate BESSEL focal length

☻Tabel 3
♣ L = 95 cm

=10,07 cm

=
= 0,23
(10,07
♣ L = 90 cm (9,92
♣ L = 85 cm (9,72 cm

☻Tabel 4
♣ L = 95 cm (5,48
♣ L = 90 cm (5,48
♣ L = 85 cm (5,58





IX. GRAFIK LENSA (+) DAN (++) METODE GAUSS DATA TABEL 1 DAN 2



→ → → → →

HUKUM GAUSS


Lensa (+)

=2,35%
Lensa (++)

= 2.4%
HUKUM BESSEL
Lensa (+)

=1%
Lensa (++)

= 10,2%

X. ANALISA
Hasil jarak titik fokus pada percobaan berbeda dengan hasil literatur, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal yang mungkin terjadi pada setiap percobaan.
Salah satumya adalah disebabkan karena terjadinya cacat bayangan(aberasi). Aberasi dapat disebabkan oleh ukuran dari diafragma yang digunakan, semakin besar ukuran diafragma maka semakin besar pula kemungkinan cacat bayangan (aberasi) yang dapat terjadi. Selain itu kesalahan juga dapat disebabkan oleh keterbatasan ketelitian dari praktikan dan juga dari alat yang digunakan. Hasil pembulatan juga dapat mempengaruhi hasil akhir dari jarak titik fokus, sehingga menjadi berbeda dengan literatur yang sudah ada.

XI. KESIMPULAN
• Aberasi (cacat bayangan) dapat terjadi karena ukuran diafragma yang digunakan, semakin besar ukuran diafragma maka semakin besar pula kesalahan yang dapat terjadi.
• Perbedaan hasil antara percobaan dan literatur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti : - kurangnya ketelitian dari praktikan
- kurangnya ketelitian dalam mengukur jarak
- proses pembulatan yang membuat hasil akhir menjadi berbeda dengan literatur
• Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Gauss lebih mendekati ketetapan literatur dibandingkan dengan menggunakan metode Bessel




Comments

Post a Comment

Bagi Yang Mau Memberi Komentar Tinggal Poskan Komentar di Kotak Komentar..

Yang tak punya url bisa dikosongkan..
tapi tolong di diisi oke Name-nya

Komentar anda saya tunggu :d

Popular posts from this blog

Proses Transportasi dan Struktur Sedimen

Source : Sam Boggs Jr :  Proses Transportasi dan Struktur Sedimen Proses Transportasi dan Struktur Sedimen Bangunan biologi seperti karang-karang, tumpukan cangkang dan karpet mikroba diciptakan di dalam tempat yang tidak ada transportasi material. Sama halnya, pengendapan mineral evaporit di dalam danau, laguna dan di sepanjang garis pantai yang tidak melibatkan semua pergerakan zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel). Namun bagaimanapun, hampir semua endapan sedimen lainnya diciptakan oleh transportasi material. Pergerakan material kemungkinan murni disebabkan oleh gravitasi, tapi yang lebih umum adalah karena hasil dari aliran air, udara, es atau campuran padat ( dense mixtures ) sedimen dan air. Interaksi material sedimen dengan media transportasi menghasilkan berkembangnya struktur sedimen, beberapa struktur sedimen berkaitan dengan pembentukan bentuk lapisan ( bedform ) dalam aliran sedangkan yang lain adalah erosi. Struktur sedimen ini terawetkan...

Lingkungan dan Fasies

Source : Sam Boggs Jr :L ingkungan dan Facies Lingkungan dan Fasies Sifat alami material yang diendapkan dimanapun akan ditentukan oleh proses fisika, kimia dan biologi yang terjadi selama pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen. Proses-proses ini juga mengartikan lingkungan pengendapan. Di bab selanjutnya, dibahas proses-proses yang terjadi di dalam tiap-tiap lingkungan pengendapan yang terdapat di seluruh permukaan bumi dan karakter sedimen yang diendapkan. Untuk mengenalkan bab ini, konsep lingkungan pengendapan dan fasies sedimen dibahas di bab ini. Metodologi analisis batuan sedimen, perekaman data dan menginterpretasikannya ke dalam proses dan lingkungan dibahas di sini secara umum. Contoh kutipan yang berhubungan dengan proses dan hasil di dalam lingkungan dibahas dengan lebih detail di bab berikutnya. 5.1 Menginterpretasi Lingkungan Pengendapan Masa Lampau Setting dimana sedimen terakumulasi dikenal sebagai kesatuan geomorfologi seperti sungai, danau, pa...

Gunung Singgalang

Sejarah Pembentukan singkat gunung singgalang : Gunung Singgalang sendiri termasuk ke dalam jenis gunung berapi yang tidak aktif. Yang artinya gunung singgalang sudah terjadi erupsi lebih dari duaribu tahun yang lalu. Gunung berapi adalah gunung yang terbentuk jika magma dari perut bumi naik ke permukaan. Gunung berapi dapat dikelompokkan menurut tingkat kedasyatan letusan, apakah itu dasyat ataupun tenang.  Gunung berapi dapat berbentuk kerucut, kubah, berpuncak datar, atau seperti menara, tergantung pada jenis letusan dan sifat-sifat fisik magma yang disemburkan. Gunung Singgalang termasuk gunungapi berbentuk kerucut (stratovulkano) tetapi karena gunung singgalang sudah lama meletus sehingga puncaknya tererosi dan membentuk puncak yang relatif datar. Telaga dewi yang terdapat di puncak singgalang merupakan kawah hasil erupsi singgalang ketika 2000 tahun silam. Morfologi daerah gunung atau bentuk roman muka bumi  Didaerah G. Singgalang ini mempunyai morfo...