Artikel Kesehatan Keluarga Unocal Juli 2005
“ Gara gara flu burung, harga ikan jadi mahal ! “ Demikian celoteh ibu2 di ruang
tunggu klinik yang sempat terdengar oleh saya.
Lho kok bisa ? Iya dong….orang2 kan lagi pada takut makan ayam jadinya pada
beralih rame2 mengkonsumsi ikan segar. Daripada tertular flu burung dari ayam,
begitu komentar publik. Tentunya disertai doa semoga virus flu burung nggak
pengen coba2 nyebur ke laut atau tambak untuk bikin acara baru berupa flu
ikan.( Boro2, wong ikan itu bersin aja nggak bisa, meski tiap hari hidungnya
digelitik sama air ).
Kalau saya pikir2 sih, syukur2 aja kalau masyarakat pada beramai ramai makan
ikan segar. Tanpa sangkut paut dengan flu burung pun yg jelas ikan sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Ikan bahkan dapat menurunkan resiko serangan
jantung ataupun stroke, karena mengandung zat yg saat ini lagi populer
digembar gemborkan dalam dunia makanan kesehatan maupun suplemen2 yaitu
Omega-3 dan Omega-6. Apalagi yang jelas, ikan itu rasanya enaaaak tenan to (
ribet deh bahasa saya ), dimasak apapun siap dihajar bleh aja. Saya tidak bisa
bayangkan kalau di dunia ini tidak ada ikan. Menu makanan tak akan lezat, tak
akan lengkap, tak kan sempurna deh jadinya. Tanpa kita sadari banyak protein,
vitamin dan mineral yg telah membangun kesehatan & pertumbuhan tubuh serta
kecerdasan otak kita sejak kecil berasal dari ikan segar. Maka merugilah orang2
yg tidak suka makan ikan…. Jreng2…. ( salam buat Nono di Sepinggan _ )
Tak dapat disangkal lagi berjenis-jenis ikan telah dikonsumsi manusia semenjak
ratusan tahun silam, tak peduli kandungan gizi yang ada di dalamnya. Tapi
alasan untuk mengkonsumsi ikan berubah total pada dasawarsa 1950-an,
setelah para ahli epidemiologi menyimpulkan, orang-orang Eskimo secara
kuantitatif terbukti terkena serangan jantung lebih rendah dibandingkan dengan
orang Amerika. Kesimpulan itu dikeluarkan untuk menjawab pertanyaan
mengapa orang Amerika banyak yang terkena serangan jantung, sebaliknya
Info Kesehatan 28 Maret 2007 27
orang-orang Eskimo di Greenland tidak. Setelah diselidiki lebih dalam, ternyata
orang Eskimo yang tinggal di Kutub Utara itu mengkonsumsi ikan dalam jumlah
yang relatif banyak. Sementara masyarakat Eskimo yang tinggal di Denmark
yang mengikuti kebiasaan makan orang Denmark, prevalensi serangan jantung
sama dengan masyarakat pada umumnya. Kesimpulan di atas memberi
penjelasan, pola makan sangat berpengaruh pada risiko terkena serangan
jantung.
Di Norwegia dan Jepang yang sebagian besar warganya juga mengkonsumsi
ikan, prevalensi serangan jantung menjadi rendah. Bahkan di negeri Sakura,
hasil laut rasa-rasanya tidak terpisahkan dari menu sehari-hari. Mereka rata-rata
mengkonsumsi hasil laut 35 kg/kapita/tahun. Termasuk udang, cumi-cumi,
kerang, tumbuhan laut, dsb. Dari studi lanjutan para ilmuwan mendapati bukti
ikan aut banyak mengandung lemak tak jenuh tinggi omega-3. Sesudah
penemuan itu dipublikasikan secara luas, nama omega-3 pun melambung tinggi.
Berbagai jenis ikan yang dipercaya banyak mengandung omega-3 dicari untuk
dikonsumsi. Kini tak sebuah pasar swalayan pun yang tidak menjual ikan laut.
Omega-3 yang banyak terdapat di ikan-ikan laut dalam tidak hanya memperkuat
daya tahan otot jantung, tetapi juga bisa meningkatkan kecerdasan otak bila
diberikan sejak dini, melenturkan pembuluh darah, menurunkan kadar
trigliserida, dan mencegah penggumpalan darah.
Omega-3 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty
acid, PUFA). PUFA dibagi menjadi dua grup penting yakni asam lemak omega-3
dan asam lemak omega-6. Contoh asam lemakomega-3 ialah asam
eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). EPA dan DHA
dikenal sebagai asam lemak tak jenuh dengan satu ikatan rangkap pada atom C
ketiga. Karena ikatan rangkap pada atom C ketiga, maka disebut omega-3.
Contoh asam lemak omega-6 ialah asam linoleat dan asam
arakhidonat.
Omega-3 berasal dari beragam jenis ikan seperti sardin, tuna, cakalang,
kembung, tenggiri (mackerel) , salmon, trakulu, kakap dsb. Semua jenis
ikan ini hidup di air permukaan.
Dalam pandangan pemerhati makanan sehat, secara umum daging ikan
dianggap lebih baik dari daging sapi yang merah. Kendati antara daging dan ikan
kandungan gizi dan proteinnya relatif sama, tetapi ikan unggul dalam kandungan
omega-3 dan omega-6.
Info Kesehatan 28 Maret 2007 28
Omega-3 bisa melarutkan kandungan kolesterol yang tinggi di dalam tubuh.
Kolesterol adalah jenis lemak yang sebagian besar dibentuk di dalam hati dan
dapat ditemukan dalam beragam makanan.
Kolesterol dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu untuk membentuk asam
empedu, hormon, vitamin D, dan dinding sel. Tapi kolesterol yang berlebihan
akan mengendap pada dinding pembuluh darah yang dikenal dengan
arteriosklerosis. Pengendapan ini membuat dinding arteri menebal. Hal ini akan
memblokade dan mengurangi diameter arteri sehingga darah platelets (sel darah
yang mengontrol penggumpalan) menempel pada dinding arteri dan bisa
memacetkan urat nadi, atau trombosis.
Masih banyak keuntungan lain dengan mengkonsumsi ikan karena setiap bagian
tubuhnya bisa dimakan. Kita simak fakta berikut ini:
• Daging putih mengandung asam lemak tak jenuh omega-3 dan protein yang
berisi asam amino taurin dan sepuluh jenis asam amino esensial.
• Daging merah mengandung asam lemak tak jenuh omega-3, protein, vitamin
A dan B.
• Kulit mengandung vitamin A dan B2.
• Tulang mengandung mineral, terutama kalsium dan fosfor.
• Isi perut mengandung vitamin dan mineral.
• Kepala dan mata mengandung polisakarida yang berperan dalam
kelembutan kulit dan pembuluh darah.
Semua itu dapat memberikan keseimbangan nilai gizi bagi mereka yang rakus
ikan. Ada baiknya masyarakat memanfaatkan kekayaan ikan yang bernilai gizi
tinggi itu.
Tapi tunggu dulu, sebelum anda gulung celana ( buat bapak2, soalnya nggak
ada gulung rok buat ibu2 ) ramai2 menyerbu pasar ikan atau nongkrongin
nelayan pulang melaut di tepi pantai, perhatiakn tips berikut agar jangan sampai
salah beli ikan. Yang maksudnya buat kesehatan eh ternyata dapat ikan yang
sudah tidak segar lagi yg malah merusak kesehatan.
1. Jika membeli ikan, belilah yang paling segar. Untuk orang yg senang makan
ikan, umumnya telah dapat membedakan antara ikan yang masih segar dan
ikan yang sudah mulai menurun mutunya. Karena itu jika hendak membeli
ikan untuk dimasak, pastikanlah membeli ikan yang paling segar meskipun
mungkin harganya lebih mahal atau ikan yang masih hidup jika ikan air tawar
yang dibeli.
Di samping itu, biasakanlah membeli ikan di pasar-pasar yang peralatan serta
lingkungannya serba bersih dan menyenangkan. Dengan membeli ikan yang
Info Kesehatan 28 Maret 2007 29
masih segar maka kemungkinan untuk mengalami keracunan makanan, dapat
diperkecil. Ikan yang masih segar, juga akan memberikan nilai gizi yang tinggi.
Nah…buat yg di lokasi, harus lebih rajin lagi dong ya nongkrongin para nelayan
di Rapak( Santan ) Tanjung Jumlai & Api api ( Lawe lawe ) menjelang off atau
lebih rajin bertengger ( ngapain ) buat yg di offshore.
Ciri-ciri ikan yang masih segar adalah rupa dan warna ikan terang mengkilap,
bau segar, mata jernih dan menonjol, insang berwarna merah darah, dan badan
ikan lembut elastis (jika ditekan dengan jari tidak berbekas). Sedangkan ciri-ciri
untuk produk olahan ikan yang bermutu adalah rupa dan warna serta baunya
masih menarik sebagaimana tanda-tanda khusus yang harus terdapat pada ikan
olahan tersebut.
2. Hidup selalu dalam lingkungan bersih dan sehat. Pada dasarnya ikan yang
baru tertangkap tidak mengandung bakteri-bakteri pathogen kecuali jika
tertangkap di badan perairan yang tercemar. Pada umumnya penularan bakteribakteri
yang mungkin dapat menimbulkan keracunan makanan terjadi sejak ikan
ditangani dan diolah serta dipasarkan dengan seringnya tersentuh oleh tangan
manusia. Justru manusialah sebagai sumber utama penularan di samping
peralatan yang kotor dan lingkungan hidup yang kurang sehat.
Karena itu, penjual makanan umumnya dan penjual ikan khususnya hendaklah
selalu memelihara kesehatannya agar tidak menulari bahan makanan yang
dijualnya. Di samping perlunya pengetahuan akan kesehatan dan nilai gizi,
semua pihak yang berhubungan dengan penanganan dan pemasaran ikan
sebaiknya menyadari bahwa ikan itu merupakan bahan makanan yang cepat
busuk atau rusak (high parishable).
3. Memanasi (memasak) ikan yang akan dimakan. Proses pemasakan pada ikan
sebelum dikonsumsi dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen penghasil racun
yang mungkin terdapat pada ikan dan produk olahannya. Proses pemanasan
juga dapat menon-aktifkan racun yang telah dibentuk bakteri. Suhu yang tinggi
pada proses pemanasan dapat merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri
menjadi mati.
4. Jangan membeli atau mengkonsumsi jenis ikan yang belum dikenal. Jenis
ikan yang sering kita beli atau dikonsumsi selain telah diketahui rasanya yang
sesuai dengan lidah kita juga terjamin keamanannya. Untuk ikan yang tidak kita
kenal jenisnya atau bahkan belum pernah kita mengkonsumsinya, haruslah
ekstra hati-hati untuk mencicipinya. Hal ini dikhawatirkan jenis ikan tersebut
termasuk golongan ikan beracun yaitu ikan yang tidak mampu memetabolisme
logam-logam berat.
Membeli ikan segar dipasaran memang gampang-gambang susah, agar tidak
terkecoh di saat membeli maka harus dikenali dari ciri-ciri fisiknya maupun
Info Kesehatan 28 Maret 2007 30
baunya. Mata ikan segar, terang, bening menonjol dan cembung. Sedangkan
mata ikan yang tidak segar, redup, terbenam, berwarna kelabu dan tertutup
lendir. Insang ikan segar warnanya merah sampai merah tua, terang dan cerah,
serta tidak berbau. Sedangkan ikan yang tidak segar, insangnya kotor, berwarna
pucat dan gelap keabu-abuan, berlendir dan berbau menyengat.
Lendir ikan segar cemerlang, homogen dan transparan. Sedangkan lendir ikan
yang tidak segar agak mengering dan berwarna seperti susu. Sisik ikan segar
melekat kuat, mengkilat, tertutup lendir jernih, sisik masih utuh, belum banyak
yang hilang. Sedangkan sisik ikan yang tidak segar mudah lepas dan kadang
banyak sisiknya yang sudah hilang. Ikan segar berbau segar dan tidak ada baubau
yang asing. Sedangkan ikan yang tidak segar berbau tidak enak dan sangat
menusuk. Kondisi ikan segar, bebas dari parasit-parasit apapun, tanpa luka-luka
atau kerusakan pada badan ikan, jika daging ikan ditekan maka teksturnya akan
cepat kembali. Sedangkan ikan yang tidak segar banyak terdapat parasit
badannya lembek jika ditekan dagingnya tidak kembali.
Buat teman2 di offshore,mendingan kita makan ikan daripada kita yg
dimakan ikan..........
Salam sehat selalu……
Dr. Julian Sjarif -
Medical Officer
Info Kesehatan 28 Maret 2007 31
Comments
Post a Comment
Bagi Yang Mau Memberi Komentar Tinggal Poskan Komentar di Kotak Komentar..
Yang tak punya url bisa dikosongkan..
tapi tolong di diisi oke Name-nya
Komentar anda saya tunggu :d